
Ratusan ribu orang, mayoritas muda- mudi, siap dengan kostum Halloween buat berpesta. Mereka memadati Itaewon, salah satu area sangat terkenal di Seoul buat keluar malam. Tetapi bukan berakhir bahagia, horor Halloween betul- betul terjalin sampai ratusan jiwa melayang.
Dalam video yang tersebar, kerumunan orang pada Sabtu 29 Oktober 2022 malam membuat gang- gang kecil di Itaweon penuh sesak. Tidak terdapat ruang gerak. Mereka yang tiba dari balik, merangsek maju mendesak orang- orang di depannya.
Mereka terjepit. Tidak sedikit yang pingsan, terinjak- injak, lemas kehilangan nafas.
Seseorang laki- laki nampak mengundang siapa juga di antara para masyarakat yang ialah pakar di bidang kesehatan ataupun dapat melaksanakan cardio- pulmonary resucitation( CPR) buat bergabung. Semacam dikutip Koreaboo, dalam unggahan video terdengar laki- laki tersebut dalam bahasa Korea memohon kesediaan masyarakat menolong melaksanakan aksi CPR. Ia juga mengulangi permintaannya dengan bahasa Inggris.
" Apakah ada di mari yang ketahui triknya melaksanakan CPR? Yang telah sempat menjajaki harus militer serta belajar metode melaksanakan CPR, mohon bantuannya! Perawat perempuan, mohon bantuannya!" laki- laki tersebut berseru.
Video lain dari posisi kejadian Halloween Itaewon menampilkan orang- orang tanpa letih melaksanakan CPR sedangkan dorongan darurat melewati kerumunan buat membantu tiap korban.
Salah seseorang dokter yang jadi sukarelawan, Lee Beom- suk, berkata pada stasiun Televisi lokal YTN, jumlah korban bertambah tajam lekas sehabis ia bergabung. Korban yang jatuh juga melebihi keahlian tenaga kedokteran di lapangan.
" Semula saya memandang 2 korban, tetapi jumlah mereka bertambah secara dramatis serta staf kedokteran darurat tidak lumayan buat menolong mereka seluruh. Para masyarakat tercantum dokter serta perawat yang lain yang terdapat di situ bergabung buat menolong para korban," ucap Lee, dikutip Korea Herald.
Walaupun demikian, Lee berkata tidak satupun korban yang dibantunya terselamatkan. Nyatanya para korban itu sudah sangat lama terperangkap.
" Wajah- wajah mereka seluruhnya telah membiru, serta perut mereka membesar," ucapnya.
" Saya tidak dapat merasakan detak nadi mereka ataupun juga nafas mereka serta banyak diantara mereka yang hidungnya berdarah," imbuh Lee.
Bagi Markas Besar Penanggulangan Bencana serta Keselamatan Pusat Korea Selatan( CDSCHQ), per 30 Oktober jam 23. 00 waktu Korea, gelombang kerumunan Itaewon sudah membunuh 154 orang serta melukai 132. Dari 132 yang terluka, 36 masih dalam keadaan kritis.
Polisi Korea Selatan mengakui kegagalannya dalam menghindari kejadian Itaewon. Kepolisian mengaku telah memprediksi hendak terdapat banyak masyarakat yang tiba ke Itaewon, namun tidak memperkirakan kejadian berdesak- desakan hendak terjalin.
Hong Ki Hyun, kepala Biro Manajemen Kedisiplinan Publik dari Tubuh Kepolisian Nasional Korea Selatan, pula mengakui serta menyesalkan polisi di TKP salah perhitungan terpaut prediksi lonjakan kerumunan." Aku diberitahu kalau aparat kepolisian di TKP tidak mengetahui terdapatnya lonjakan tiba- tiba kerumunan," kata Hong.
Dia menguak, terdapat 137 polisi yang diterjunkan kala kejadian itu terjalin. Angka 137 orang itu diucap lebih besar dari jumlah aparat yang diterjunkan saat sebelum COVID- 19 pada 2017- 2019. Para polisi yang dikirim itu bertugas menghindari hal- hal ilegal dan mengurus kemudian lintas.
Hong mengakui tidak terdapat kebijakan terpisah terpaut pengendalian kerumunan di gang kecil posisi bencana terjalin. Tidak hanya itu, polisi mengaku tidak memiliki petunjuk buat mengurus kegiatan tanpa organizer yang jelas semacam festival Halloween di Itaewon.
Beberapa ahli internasional menyangka memanglah terdapat yang salah dalam kegiatan publik dalam jumlah besar ini. Paling utama, kegiatan yang luput dari ditaksir aparat setempat.
Prof Lee Young- ju dari Kementerian Kebakaran serta Bencana di Universitas Seoul, Korea Selatan, berkata kalau rencana serta tindak keselamatan dibutuhkan dalam kegiatan yang mengaitkan lebih dari 1. 000 orang.
" Kegiatan di distrik yang diadakan oleh pemerintah ataupun lembaga lokal wajib mempunyai rencana serta aksi keselamatan bila lebih dari 1. 000 orang. Tetapi distrik ini sebeneranya tidak terdapat penyelenggaraan spesial, jadi tidak mempunyai guna kontrol keamanan," kata prof Lee Young- ju, dilansir dari Korea Herald.
" Ini merupakan bencana yang sesungguhnya dapat dikendalikan ataupun dicegah. Tetapi ini tidak diurus, serta tidak terdapat yang mengambil tanggung jawab di tempat tersebut."
Sedangkan itu, Juliette Kayyem, ahli Manajemen Bencana serta Analis Keamanan Nasional melaporkan kepada CNN, memanglah susah buat memastikan dengan pas apa yang bisa jadi merangsang suatu kejadian. Namun dia menyebut, pihak berwenang dapat mengestimasi melalui jumlah kedatangan manusia yang besar ke sesuatu tempat.
" Terdapat tanggung jawab dari pihak berwenang buat memantau volume kerumunan secara real time, sehingga mereka bisa memantau perihal tersebut," ucap Juliette.
Setelah itu, Mehdi Moussad seseorang periset sikap dikala kerumunan di Max Planck Institute for Human Development berkata, watak kegiatan yang relatif otomatis-- tidak terdapat tiket serta tidak terdapat pintu masuk serta keluar yang terkontrol-- memperparah bencana.
Ia menyaksikan video tersebut serta menanggapinya dengan tata cara kepadatan melalui jumlah orang per m persegi. Dalam riset yang dia pelajari, Moussad menyebut terdapat dekat 8 sampai 10 orang per m persegi.
" Pada tingkatan kepadatan itu, tidak mengherankan kalau sebagian orang awal mulai pingsan, sebab mereka sangat dekat serta mereka tidak dapat lagi bernapas," katanya, dilansir dari Washingtonpost.
" Serta bila ini terus bersinambung, hingga seluruh orang di zona itu tidak hendak lagi mempunyai lumayan oksigen, apalagi sehabis mereka pingsan, hingga mereka hendak tewas satu per satu."
Pimpinan Asosiasi Travel Agent Indonesia( Astindo) Pauline Suharno memperhitungkan, buat menghindari terbentuknya kejadian semacam di Itaewon, yang sepatutnya dicoba penyelenggara kegiatan merupakan sediakan link registrasi supaya mengenali berapa yang hendak muncul dan buat menguasai kapasitas zona.
" Sangat disayangkan sesungguhnya, terlebih acaranya enggak jelas waktu itu kapasitasnya berapa orang, setelah itu tidak terinformasikan dengan baik apakah tidak terdapat penutupan jalur ataupun pengamanan yang beroperasi di situ buat menghalangi orang ataupun wisatawan buat masuk ke sana," ucap Pauline kepada Liputan6. com, Senin( 31/ 10/ 2022).
Walaupun tidak terdapat tiket yang dijual, bagi ia, sepatutnya terdapat registrasi supaya otoritas setempat dapat mengenali animo warga. Dia menyebut warga Korea Selatan lagi euforia sebab pelonggaran ketentuan COVID- 19, sehingga lagi jor- joran mau acara. Tetapi, dia menyayangkan kejadian ini tidak dapat dicegah pihak berwenang.
" At least jika misalnya memanglah tidak terdapat tiket yang dibeli juga tidak apa, tetapi sangat tidak terdapat registrasi biar dapat ketahuan kapasitasnya berapa, serta animonya semacam apa. Sangat disayangkan perihal itu tidak dicoba," ungkap Pauline.
Sumber :